Rabu, 04 Mei 2011

Wajah Sejarah Indonesia

Wajah Sejarah Indonesia
Menelusuri sejarah indonesia dalam ruang politik, akan ditemui banyak peristiwa yang sangat kokoh untuk dijadikan fondasi bernegara. Namun justru peristiwa-peristiwa tersebut telah dijadikan tabu yang selanjutnya menjadi penyakit menular akut. Meski beragam perubahan menuju perbaikan terus digalakan, namun tetap belum bisa menemukan obat penawar bagi penyakit ini.
Sudah seharusnya kedewasaan negara demokrasi ini mengajukan gugatan atas doktrin usang yang memperlemah fungsi demokrasi itu sendiri. Penyelewengan yang terkunci rapat telah membungkam masa depan negeri ini. Belum lagi pemutarbalikan fakta yang tak juga tersentuh karena penjagaan berlapis guna mengabadikan kebusukannya. Haruskah kita membiarkan dosa-dosa ini lestari?
Dimulai dari masa kolonialisme. Telah dibukukan dalam sejarah, bahwa kolonialisme adalah penderitaan, kesukaran, kelicikan, kejahatan serta gambaran-gambaran buruk lainnya dan selalu melekat padanya. Dan kalaupun ada sedikit tulisan positif, itupun hanya untuk memunculkan gambaran epik para pahlawan nasional, dan hal ini sangat berkaitan dengan warna  apologi bagi penderitaan rakyat terjajah yang lemah. Tak berfaedah.
Namun gambaran seperti inilah yang terus-menerus dipaparkan pada generasi yang diharapkan dapat merubah masa depan bangsa ini. Jelas hal ini sangat kontra-produktif. Akan sangat tidak efektif memberikan motivasi dengan menggambarkan penderitaan sebagai latar belakangnya, pada generasi yang menyentuhnya peristiwa itupun tidak pernah.
Cobalah dengan memandang segi-segi yang mampu memberikan gambaran positif atas pencapaian kolonialis, guna menawarkan paradigma hikmah dibalik sejarah pahit itu. Kolonial yang berhasil secara internasional, telah mengenalkan komoditi alam kita kekancah dunia dengan sistemnya. Hal ini memberi peluang bagi penduduk untuk keluar regional demi kemajuan bangsanya. Koloniallah yang membukakan pintunya, walaupun karena kelemahan dan kebodohan masyarakat kita tak mampu menemukan ruang yang seluas mereka butuhkan. Kolonial telah menunjukan pasar internasional juga memperkenalkan komoditi yang dibutuhkan pasar itu. Dan mereka juga mepersilahkan transportasi guna menunjang kegiatan ekonomi tersebut. Jadi dengan kacamata ini, kita akan menemukan kekuatan suatu sistem yang  mampu dijalankan dan diorganisir dengan baik, akan memberikan efektifitas serta produktifitas yang optimal.
Belum lagi jika kita rasakan, bahwa koloniallah yang telah menyatukan pulau-pulau dinusantara ini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Walaupun pulau jawa yang ditetapkan menjadi pusat, kolonial telah menyambung silaturahmi bangsa ini dengan melepaskan identitas kesukuannya yang sempit. Pemusatan yang akhirnya terlihat tidak efektif ini, pada awalnya diharapkan bisa mempermudah pengorganisasian antar pulau guna menunjang kegiatan-kegiatan ekonomi.
Selanjutnya adalah peristiwa yang sangat bbersifat politis, dan peristiwa ini juga sudah menjadi tabu, yakni PKI. Dari awal berdirinya partai politik ideologi ini sudah memberikan warna tersendiri dalam paradigma perjuangan pembaharuan. Memang pada awalnya komunis merupakan gerakan ideologi revolusi dalam bidang ekonomi. Namun dalam perjalanannya, ranah politik dijadikan sebagai ruang pergerakan yang sangat strategis demi mencapai tujuannya. Dan memang organisasi internasional ini telah menjadikan metode politis sebagai forum resminya.
Yang akan kita kaji disini adalah pelarangan pergerakan pertai ini. Dengan sengaja dan terus-menerus, dipertegas dan diperjelas, adalah mengapa partai ini harus dilarang. Sebab-sebab dan alasan-alasan pelarangan itu dijabarkan layaknya dogma agama. Namun mengapa sebab-sebab dan alasan-alasannya saja, mengapa tidak dipaparkan apa tujuan dari pelarangan itu. Dengan segala daya upaya, bahkan mengerahkan kekuatan militer untuk menghalangi bahkan melumpuhkan gerakan ideologi ini. Sangat jelas bahwa hal ini adalah racun dalam tubuh demokrasi yang baru saja tumbuh.
Adalah sebuah hak dalam berdemokrasi untuk menunjukan bahkan menyebarluaskan suatu pandangan politik pada masyarakat luas. Demokrasi sangat menjunjung perbedaan yang harmonis. Namun kenapa PKI harus dikecualikan. Haruskah suatu ideologi dimusnahkan hanya karena dianggap ‘akan’ menimbulakn ketidak stabilan negara. Belum lagi begitu banyaknya doktrin yang sengaja dipaparkan untuk semakin menyudutkan partai ini. Seperti halnya dikatakan bahwa gerakan ini adalah atheis, karena dalam pandangan gerakan ini tidak menjabarkan sedikitpun teori keagamaan, Atau pula dikatakan bahwa gerakan ini ingin menghapuskan nilai-nilai agama demi tercapainya tujuan mereka yakni Total Equality yang ditafsirkan dengan sangat sempit, atau gerakan ini mengharuskan seluruh kadernya untuk melepaskan segala doktrin agama demi menjunjung loyalitas pada gerakan ini. Sungguh yang membenarkan pandangan ini adalah kaum yang berwawasan dangkal. Karena jika kita kaji sedikit saja tentang siapa pendiri gerakan komunis di Indonesia, Semaun, adalah anggota S.I yang dengan jelas menganut kearifan Islam. Belum lagi tentang konsep Total Equality yang sudah diusung oleh panji-panji Islam yang walaupun dalam ranah praktis belum juga bisa diwujudkan oleh muslim dinegeri ini.
Juga dikatakan bahwa komunis telah mengerahkan kekuatan militer ilegal yang selalu mencoba melakukan makar. Sebelum menuduh, lihatlah dulu kekuatan militer yang digunakan kader-kader PKI diawal berdirinya (1920-an). Kader-kader PKI adalah rakyat Indonesia yang menginginkan panjajahan yang sudah karatan segera pergi dari negeri ini. Sebelum gerakan politik maupun organisasi yang berdiri dinegeri ini hanya menggunakan tenaga politis demi mencapai tujuannya, yang selama itu juga belum bisa memberikan hasil yang menguntungkan rakyat kebanyakan, melainkan keuntungan itu hanya bisa dirasakan oleh segelintir kader-kader internal gerakan itu saja. PKI merintis pergerakan baru yang jujur dan barpihak pada rakyat. Kader-kader komunisma ini pada awalnya melakukan pemogokan-pemogokan  kerja kolektif yang terorganisir, namun karena tindakan represif yang dilakukan penjajah, akhirnya kader-kader ini melawan dengan kekuatan yang bisa mengimbangi kekuatan lawan, yakni perlawanan bersenjata. Rakyat yang merasakan dan sadar bahwa cita-cita partai ini adalah cita-cita mereka juga, akhirnya secara sukarela mambantu pergerakan partai ini. Walaupun hasilnya belum juga memberikan banyak keuntungan, namun paling tidak tujuan dari pergerakan kekuatan militer partai ini sangat menjunjung cita-cita rakyat.
Adapula yang mengatakan bahwa partai ini tidak menghormati HAM. Apakah tepat pernyataaan ini dialamatkan pada partai yang telah memberikan rakyat segala jenis motivasi bahkan sampai memberikan kepercayaan kepada rakyat untuk mempertahankan haknya juga untuk menghentikan eksploitasi terhadap diri mereka dengan pemberian berbagai jenis senjata serta mengajari cara menggunakanya.
Dan pantaskah bila ada yang mengatakan bahwa PKI adalah musuh demokrasi, sunguh pandangan yang dangkal. Cermatilah ketika Ir. Soekarno menerapkan PANCASILA sebagai fondasi Negara pula mengembangkan demokrasi sebagai ruang untuk seluruh rakyat Indonesia, PKI ikut andil dalam jalannya pemerintahan itu. Bahkan pengakuan rakyat atas partai ini menjadikan partai ini masuk dalam urutan tiga besar dalam percaturan politik kala itu sebagai koalisi pemerintah. Lebih-lebih secara implisit Soekarno mengangkat partainya PNI juga PKI sebagai penggerak utama arus politik negeri ini.
Lantas masihkah layak doktrin-doktrin atas pelarangan sebuah ideology untuk terus berkembang sampai sekarang. Demokrasi telah memberikan ruang bebas bagi setiap ideology, namun mengapa para demokratnya yang mengiris-iris kekuatan demokrasi itu. Paradigm ini haruslah dievolusi bahkan direvolusi, demi tercapainya demokrasi yang sehat tanpa tebang pilih.

Tidak ada komentar: