MAKALAH
KEPEMIMPINAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin)
dimuka bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya
sebagai pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap
upaya pembinaan. Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak
langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan
seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu
organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan, sebenarnya
dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, serta merupakan
proses yang melibatkan berbagai komponen didalamnya dan saling mempengaruhi.
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan
suatu interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai
dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan
kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi memberikan dampak yang
amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang
penuh dengan tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki
tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa
ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan,
termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial dalam
suatu proses kepemimpinan.
Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas
dan kondisi kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan
dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki
kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat dengan bentuk persaingan,
bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan keunggulan yang tinggi.
Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih luas, setiap
negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan
positif baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional.. Namun,
harus disadari pula bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu
dihadapkan pada suatu mata rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai
tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta
pengembangan dalam visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya
mengembangkan suatu kondisi yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing,
khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang
ditandai oleh semangat kebersamaan dan keutuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan strategi ?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam perubahan ?
3. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan yang visioner ?
4. Bagaimana model kepemimpinan Indonesia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KEPEMINPINAN STRATEGI
Di dalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan yaitu adanya unsur
manusia, unsur sarana dan unsur tujuan. Dan untuk dapat memperlakukan ketiga
unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus
memiliki pengetahuan atau kecakapan dan ketrampilan yang diperlukan dalam
melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan ketrampilan dapat diperoleh dari
pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalamannya dalam
praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin
dalam menempatkan ketiga unsur tersebut dalam rangka menjalankan
kepemimpinannya menurut caranya sendiri dan cara yang digunakan
merupakan pencerminan dari sifat-sifat dasar kepribadian seorang pemimpin.
Adapun strategi-strategi
kepemimpinan yang pokok ada 3, yaitu menurut Lewin:
1.Srtategi Kepemimpinan Otokrasi17
Karakteristik
kepemimpinan stategi ini adalah sebagai berikut :
·
Seorang pemimpin bertindak sebagai
diktator terhadap anggota-anggotanya.
·
Memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok.
·
Kekuasaan pemimpin dibatasi oleh
undang-undang.
·
Penafsirannya sebagai pemimpin adalah
tidak lain hanya menunjukkan dan
memberi perintah.
·
Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan
menjalankan,tidak boleh
membantah.
·
Pemimpin yang otokratis tidak
menghendaki rapat (musyawarah) ,Musyawarah
hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi-instruksi.
·
Dalam tindakannya dan perbuatannya tidak
dapat diganggu gugat.
·
Supervisi bagi pemimpin stategi otokrasi
hanyalah berarti mengontrol apakah
segala perintahnya ditaati atau dijalankan dengan baik.
2.Srtategi Kepemimpinan Laissez Faire
Stategi kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan pimpinan. Stategi ini dapat diartikan sebagai membiarkan orang-orang
berbuat sekehendaknya. Adapun ciri-cirinya adalah :
·
Kepemimpinan stategi ini pemimpin sama
sekali tidak memberikankontrol
dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya.
·
tugas dan kerja diserahkan kepada
anggota-anggotanya,tanpa petunjuk
atau saran dari pimpinan.
·
Kekuasaan dan tanggung jawab
simpang-siur dan tidak merata.
·
Tingkat keberhasilan lembaga semata-mata
disebabkan karena kesadaran dan
dedikasi beberapa anggota, dan bukan karena pengaruh pemimpinnya.
·
Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana
yang terarah dan
tanpa pengawasan dari pimpinan.
3.Strategi Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin stategi ini menafsirkan kepemimpinannya bukan
sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya.Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan
terhadap buruhnya.
Adapun
ciri-ciri dari kepemimpinan demokratis adalah :
·
Bekerja untuk mencapai tujuan bersama.
·
Dalam bertindak selalu berpangkal pada
kepentingan dan kebutuhankelompoknya
dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
·
melaksanakan tugas, pemimpin dengan
stategi ini maumenerima dan
bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran darikelompoknya.
·
Mau menerima kritik-kritik yang
membangun dari para anggota sebagai
umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan
berikutnya.
·
Mempunyai kepercayaan terhadap diri
sendiri dan menaruh kepercayaan pula
pada anggota-anggotanya bahwa mereka punya kesanggupan bekerja dengan baik dan
bertanggung jawab.
B.
KEPEMIMPINAN DALAM PERUBAHAN
Teori kepemimpinan sangat bervariasi, dari teori yang
berargumentasi tentang cirri-ciri yang harus dimiliki pemimpin yang efektif
sampai pemimpin yang berhasil.,ciri – ciri perilaku kepemimpinan berikut
sebagai karakteristik CBO yang berhasil adalah :
1.
Visioner
2.
diri yang kuat dan mempercayai orang lain
3.
Mengkomunikasikan ekspektasi kinerja dan standar yang tinggi
4.
Menjadi teladan bagi visi, nilai-nilai dan standar
perusahaan
5.
Menunjukkan pengorbanan diri, kemauan kuat, keberanian dan
konsistensi
Kepemimpinan
dan Daur Hidup Organisasi
Empat perbedaan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan pada
masing – masing tahap kehidupan organisasi menurut Clarke dan Pratt adalah :
1.
Champion untuk bertempur dan mempertahankan bisnis baru
2.
Tank commander untuk mengantarkan bisnis ke tahap
pertumbuhan berikutnya, membentuk tim solid dan mengarahkan bisnis hingga bisa
menguasai pangsa pasar yang bisa dieksploitasi
3.
housekeeper untuk mempertahankan bisnis agar tetap efisien
dan efektif ketika perusahaan memasuki tahap kedewasaan
4.
Lemon squezzer untuk memperoleh sebanyak mungkin ketika
perusahaan dihadapkan pada bahaya penurunan
Kepemimpinan
dan Sifat Perubahan.
Hanya sedikit yang bisa kita temui dalam literature tentang
gaya dan perilaku kepemimpinan mana yang lebih tepat untuk masing – masing
jenis perubahan, kecuali bahwa kepemimpinan transformasional lebih cocok untuk
perubahan frame – breaking atau transformasional. Secara logika, gaya manajemen
konsultatif lebih sesuai untuk perubahan jenis converging dan incremental, yang
lebih dipicu daya pendorong perubahan lingkungan yang bisa diprediksi dan
berkekuatan moderat.
Menghambat
dan memfasilitasi Proses Perubahan
Bagi manajemen apapun yang sedang merencanakan perubahan, akan selalu muncul
kekuatan – kekuatan yang memfasilitasi perubahan dan sebaliknya yang
menghambatnya. Walau kekuatan – kekuatan ini penting bagi semua jenis
perubahan, namun akan lebih krusial dalam konteks perubahan frame-breaking dan
transformasional.
Newton membahas perbedaan proses-proses yang bisa
memfasilitasi dan menghambat perubahan :
Daya penggerak mendukung perubahan Daya penggerak menghambat
perubahan
Daya-daya eksternal :
1.
Peran Negara
2.
Social
3.
Perubahan teknologi
4.
Kendala dari pemasok
5.
Tuntutan stakeholder
6.
Perilaku pesaing
7.
Kebutuhan pelanggan Resistensi individual :
8.
Takut hal asing
9.
Tidak suka ketidakpastian dan ambiguitas sekitar perubahan
10.
Kemungkinan hilangnya basis kekuatan
11.
Kemungkinan lenyapnya imbalan
12.
Persepsi kurangnya ketrampilan di situasi baru
13.
Kemungkinan hilangnya ketrampilan yang dikuasai sekarang
Daya-daya internal :
1.
Pertumbuhan organisasi
2.
Tekanan peningkatan kinerja
3.
Aspirasi manajemen
4.
Koalisi politik
5.
Desain ulang pekerjaan
6.
Restrukturisasi 2. Resistensi organisasi :
7.
Daya inertia yang bersumber dari sifat sistemik organisasi
8.
Keterkaitan aspek struktur, system kendali, ritual dan
rutin, tanda dan symbol
9.
inertia yang bersumber dari norma – norma kelompok
10.
Kemungkinan hilangnya basis kekuatan
11.
Kepentingan stakeholder
12.
Lemahnya kapabilitas organisasi
13.
Kurangnya sumber daya
14.
Ancaman dalam alokasi sumber daya
Langkah – langkah yang biasanya dilakukan dalam analisa
medan kekuatan :
§ Rumuskan masalah pada situasi saat
ini, lengkap dengan kekuatan dan kelemahannya, dan situasi yang diinginkan.
Rumuskan situasi sasaran segamblang dan sejelas mungkin
§ Buatlah daftar daya-daya kekuatan
pendukung dan penentang perubahan, antara lain berdasarkan sumber daya, orang,
waktu, factor eksternal dan budaya perusahaan
§ Buatlah peringkat dan nilai masing –
masing daya tersebut menurut kekuatannya missal tinggi (nilai 5), menengah
(nilai 3), rendah (nilai 1) dan jumlahkan
§ Gambarkan bagan yang seperti gambar,
buatlah garis yang berbeda-beda panjangnya untuk menunjukkan kekuatan masing –
masing daya tersebut
§ Beri label setiap garis untuk
membedakan daya sangat penting (SP), penting (P), atau tidak penting (TP)
§ Untuk setiap daya pendorong
perubahan SP dan P, tunjukkan bagaimana cara anda memperkuatnya. Lalu kerjakan
pula pada daya penentang perubahan dan bagaimana upaya anda untuk
memperlemahnya
§ tindakan – tindakan yang nampaknya
berpeluang paling besar mampu memecahkan masalah untuk mewujudkan perubahan
§ Identifikasi sumber-sumber daya yang
diperlukan untuk merealisasi tindakan yang telah disepakati dan bagaimana cara
mendapatkannya
§ Buatlah rencana aksi praktis yang
dirancang untuk mencapai situasi yang diinginkan lengkap dengan :
a.
Penjadwalan
b.
Tonggak – tonggak khusus (milestone) dan batas akhir waktu
c.
Tanggung jawab spesifik siapa penanggung jawabnya
Supaya rencana perubahan dapat disusun dengan baik, maka
manajemen puncak di perusahaan perlu dibekali dengan peran – peran khas
kepemimpinan perubahan. Mereka mesti menyadari fungsi kepemimpinan yang berbeda
– beda pada setiap tahapan perubahan yaitu :
§ Fungsi strategis : mengembangkan
keterpaduan arah bagi organisasi atau kelompok
§ Fungsi taktis : merumuskan tugas –
tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan kelompok/organisasi dan memastikan
efektivitas pelaksanaan tugas – tugas tersebut
§ interpersonal : menjaga semangat,
kohesi dan komitmen kelompok / organisasi
Fungsi – fungsi kepemimpinan di atas tidak memilah – milah
pemimpin puncak, menengah atau tingkatan yang lebih rendah. Kesemua fungsi itu
dilaksanakan oleh semua pemimpin, apapun statusnya. Hanya memang fungsi
strategis dan taktis lebih menonjol pada perencanaan dan tahap – tahap awal
perubahan. Sedangkan fungsi taktis dan interpersonal lebih mengemuka selama
proses perubahan atau saat perubahan telah tercapai. Untuk memastikan bahwa
proses perubahan dapat berlangsung sesuai rencana, maka resistensi yang timbul
harus dapat diatasi. Mengatasi atau mengurangi resistansi pada perubahan
bergantung sumber – sumber resistensi dan kemampuan pemimpin dalam berorientasi
tugas. Para pemimpin mesti paham bahwa sebagian besar perubahan melewati proses
traumatis berupa kekagetan dan penyangkalan orang – orang terkait sebelum
akhirnya mereka mulai menyadari dan menyesuaikan diri. Selain itu tidak boleh
dilupakan adalah perubahan bisa juga bersifat menantang dan menyenangkan serta
mampu menciptakan peluang – peluang baru dan positif. Dalam konteks inilah
sangat penting sekali peran visi dan upaya sungguh - sungguh para pemimpin
untuk mengkomunikasikannya. Adalah visi masa depan dan kepemimpinan yang mampu
menyatukan SDM di semua jenjang dan menciptakan momentum bagi perubahan.
C. VISIONER.
Kepemimpinan Visioner adalah suatu
konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami melalui literatur dan
teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan adalah tindakan nyata,
cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pemimpin
yang memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa
jalannya organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapi kondisi
organisasi yang senantiasa mengalami perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi
pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif,
kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang
dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah
inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana
organisasi akan di bawa.
Pentingya Visi.
Visi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin
dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai
gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah
cita-cita. Visi adalah wawasan ke dapan yang ingin dicapai dalam kurun waktu
tertentu. Visi bersifat kearifan intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan
jiwa untuk berbuat. (Tap. MPR RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November
2001). Tanpa visi yang jelas organisasi akan berjalan tanpa arah, Visi
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong
terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun
sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya
perubahan dalam organisasi. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan
survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Visi tersebut
dapat mengikat seluruh anggotanya, juga mampu menjadi sumber inspirasi dalam
menjalankan tugas mereka. Oleh karena itu, visi bersama juga berfungsi
membangkitkan dan mengarahkan. Menjalankan visi secara benar akan memberikan
dampak yang mencerahkan organisasi karena:
1.
Visi memberikan sense of
direction yang amat diperlukan untuk menghadapi krisis dan berbagai
perubahan.
2.
Visi memberikan fokus. Fokus
merupakan faktor kunci daya saing perusahaan untuk menjadi nomor satu di pasar.
Karena focus mengarahkan kita tetap pada bidang keahlian yang kita miliki..
3.
Visi memberikan identitas kepada
seluruh anggota organisasi. Ini baru terjadi bila setiap individu menerjemahkan
visi tersebut menjadi visi dan nilai pribadi mereka.
4.
Visi memberikan makna bagi orang
yang terlibat di dalamnya. Orang akan menjadi lebih bergairah dan menghayati
pekerjaan yang bertujuan jelas.
Pemimpin
Visioner.
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang
ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan
bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna
pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana
Kartanegara, 2003).
Kompetensi
Pemimpin Visioner.
Kepemimpinan Visioner memerlukan
kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki 10 kompetensi
visioner, yaitu:
1.
Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai
gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang
jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
2.
Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya
memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana
posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
3.
Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana
yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya
mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi,
prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
4.
Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan
sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin
visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan
mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
5.
Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan
pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan
memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If
it ain’t broke, BREAK IT!”.
6.
Taking Risks. Pemimpin visioner berani
mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
7.
alignment. Pemimpin visioner mengetahui
bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia
dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada
seluruh organisasi.
8.
Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa
dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang
harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang
untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan
tertentu.
9.
Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu
dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya,
baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap
interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin
visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian
dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir
dan mengembangkan imajinasi.
10. Embracing
Change. Pemimpin
visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi
pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan
atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan
yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Peran Pemimpin Visioner.
Burt Nanus (1992),
mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam
melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:
- Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari "get-go." Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
- Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
- Juru bicara (spokesperson). Memperoleh "pesan" ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus "bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi."
- Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh "pemain" untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah "pencapaian kemenangan," atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai "player-coach."
Kepemimpinan Visoner dalam Tindakan.
Harper (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu
era perubahan pesat atau "accelerating" perubahan. Karenanya,
waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang pemimpin visioner. Guna
menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin harus memiliki serangkaian
kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, agility dan
persepsi.
Antisipasi berarti bahwa kepemimpinan visioner harus secara
pro aktif mengamati lingkungan guna menemukan perubahan yang secara negatif
maupun positif mempengaruhi organisasi. Pemimimpin harus secara aktif mendukung
pekerja untuk bersiap setiap saat menghadapi perubahan pesat lingkungan, dan
untuk mempertahankan pemimpin dan para manajer selalu menaruh perhatian atas
hal tersebut. Menjadi “perceptive, nimble dan innovative” dalam
lingkungan yang berubah pesat akan memberikan manfaat bagi organisasi. Sebagai
tambahan, praktek menggunakan skenario “what if” menguntungkan bagi para
pemimpin. Secara rutin, mempertimbangkan dan mendiskusikan kemungkinan seluruh
skenario yang mungkin dapat terjadi pada masa depan, menjaga pemimpin
visioner untuk memfokuskan dan menyiapkan beragam kemungkinan.
Penciptaan rencana-rencana darurat dapat berguna untuk
beberapa skenario. kepemimpinan dan manajemen percaya bahwa speed
merupakan faktor penting untuk mempertahankan posisi kompetitif, merespon
secara kompetitif terhadap kebutuhan pelanggan dan menghemat uang. Pemimpin
visioner melihat kecepatan sebagai sebuah kemampuan yang harus dikuasai guna
memuaskan konsumen yang menginginkan pelayanan atau pemenuhan kebutuhan
seketika. Pelayanan yang cepat, bersahabat dan efisien merupakan contoh dari
apa yang diinginkan oleh pelanggan terhadap pelayanan pemerintah.
Kecerdikan (agility) merupakan istilah lain yang
secara perlahan berhubungan dengan kepemimpinan visioner. Kecerdikan merupakan
kemampuan seorang pemimpin untuk melihat ke depan dalam kaitan dengan faktor
apa yang terletak di depan bagi sebuah organisasi (perceptiveness). Hal
ini juga termasuk kapasitas untuk mempersiapkan dan juga menjadi fleksibel,
guna membuat perubahan atau penyesuian untuk menghilangkan ancaman dan mengambil
keuntungan dari oportunitas.
Perceptiveness merupakan kapasitas penting lain dari kepemimpinan
visioner. Pemimpin harus waspada terhadap segala bentuk intrik dan perubahan di
lingkungan eksternal. Kewaspadaan ini harus segera ditindaklanjuti guna merespon
secara cepat dan tepat, dan mengambil langkah-langkah yang tepat. Pada kasus
dimana peluang dirasa ada, pemimpin harus segara bertindak. Lead-time
juga penting bagi kesuksesan organisasi; karenanya, pemimpin visioner harus
memiliki "radar screens" yang selalu menyala setiap saat.
Pemimpin harus mengidentifikasi peluang yang muncul dan potensial,
mempersiapkan serangkaian strategi dan memadukan seluruh sumber daya yang
dibutuhkan, dan melayani serta memproduksi "at opportune times"
guna memaksimalkan kesuksesan atau prestasi.
D.
KEPEMIMPINAN DI INDONESIA.
Sistem
Kepemimpinan Nasional
Kepemimpinan Nasional diartikan sebagai Sistem Kepemimpinan dalam rangka
penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, meliputi berbagai unsur dan
srtuktur kelembagaan yang berkembang dalam kehidupan Pemerintahan negara dan
masyarakat, yang berperan mengemban misi perjuangan mewujudkan cita-cita dan
tujuan bangsa sesuai dengan posisi masing-masing dalam Pemerintahan dan
masyarakat, mernurut niali-nilai kebangsaan dan perjuangan yang diamanatkan
konstitusi negara. Pemimpin Naisonal adalah sosok yang mampu memahami kebutuhan
dan aspirasi rakyat Indonesia secara keseluruhan dan menghayati nilai-nilai
yang berlaku, agar mempunyai kemampuan memberi inspirasi kepada bangsa
Indonesia dan mempunyai visi yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Konsep
Kepemimpinan di Indonesia
Pada dasarnya kepemimpinan di Indonesia adalah kepemimpinan
yang berlandaskan nilai-nilai pancasila (Kepemimpinan Pancasila).
Kepemimpinan menurut Pak Harto
Mantan presiden Soeharto menjelaskan tentang asas
kepemimpinan Hasta Brata (delapan laku kepemimpinan). Delapan laku tersebut
antara lain:
Ø Lir Surya (matahari) Dengan lambang ini
diharapkan seorang pemimpin dapat berfungsi seperti matahari bagi yang
dipimpin. Dapat memberi semangat, memberi kekuatan dan daya hidup bagi
orang-orang yang dipimpinnya.
Ø Lir Candra (bulan) Dengan lambang ini seorang
pemimpin hadaknya berfungsi sebagai bulan, yakni membuat senang bagi anggotanya
dan memberi terang pada waktu gelap. Ketika dalam keadaan sulit, Sang pemimpin
mampu tampil untuk memberi jalan terang atau jalan keluar dari kesulitan.
Ø Lir Kartika (bintang) Bintang adalah sebagai
pedoman bagi pelaut atau pengarung samudra. Dengan lambang ini pemimpin
handaknya berteguh iman takwa, memiliki teguh pendirian sehingga menjadi
pedoman dan panutan bagi rakyatnya yang mungkin kehilagan arah.
Ø Lir Samirana (angin) Dengan lambang ini,
diharapkan seorang pemimpin bersifat seperti angin, teliti, tidak mudah
dihasut. Dia harus “manjing ajur ajer” bergaul dengan rakyat lapisan
manapun, guna mencari masukan untuk menetapakan kebijakan dan keputusan.
Ø Lir Mega mendung (awan hujan) Mendung memberi
kesan menakutkan, tapi apabila hujan turun akan bermanfaat bagi bumi. Dengan
lambang ini, pemimpin diharapkan dapat tampil berwibawa, namun keputusan dan
kebijakan yang diambilnya hemdaknya bermanfaat bagi yang dipimpinnya.
Ø Lir Dahana (api) Dengan lambang ini,
diharapkan seorang pemimpin tegas dan keras seperti api dalam menegakkan
disiplin dan keadilan.
Ø Lir Samudra (laut atau samudra) Dengan
lambang ini, diharapkan pemimpin berwawasan luas, sanggup menerima dan
mendengar persoalan, menyeringnya dan membuat suasana menjadi jernih kembali
tanpa ada rasa dendam.
Ø Lir Bantala (bumi) Dengan lambang ini,
diharapkan pemimpin tidak hanya mau berada diatas, tetapi juga bersedia
dibawah. Sang pemimpin seolah-olah menjadi tempat pijakan, sentosa budinya,
jujur dan murah hati bagi anak buahnya
Konsep Kepemimpinan Pancasila
Menurut BP-7 Pusat
Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai
kepemimpinan yang selanjutnya diterapkan di Indonesia:
Ø Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila
Ø Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang
mampu menanggapi kemajuan IPTEK dan kemajuan zaman
Ø Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni
timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya, bukan karena katakutan, tetapi karena
kesadaran dan kerelaan
Ø Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala
tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya. Dengan demikian, pemimpin benar-benar
bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri
handayani”.
Menurut Wahjosumidjo
Menurut Wahjosumidjo, Kepemimpinan
Pancasila adalah bentuk kepemimpinan modern yang selalu menyumberkan diri pada
nilai-nilai dan norma-norma pancasila. Kepemimpinan Pancasila, satu potensi
atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala daya sumber masyarakat dan
lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai untuk tujuan
nasional.
Kepemimpinan Pancasila adalah suatu
perpaduan dari kepemimpinan yang bersifat universal dengan kepemimpinan
indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila menonjolkan dua unsur, yaitu
“Rasionalitas” dan “semangat kekeluargaan”.
Jadi, ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila,
yaitu:
Ø Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
Ø Nilai-nilai kepemimpinan universal
Ø Nilai-nilai spiritual nenek moyang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hanya sedikit yang bisa kita temui
dalam literature tentang gaya dan perilaku kepemimpinan mana yang lebih tepat
untuk masing – masing jenis perubahan, kecuali bahwa kepemimpinan
transformasional lebih cocok untuk perubahan frame – breaking atau
transformasional. Secara logika, gaya manajemen konsultatif lebih sesuai untuk
perubahan jenis converging dan incremental, yang lebih dipicu daya pendorong
perubahan lingkungan yang bisa diprediksi dan berkekuatan moderat.
Pemimpin yang memiliki kegesitan,
kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki
peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa
mengalami perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan
karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional.
Pribadi-pribadi seperti inilah yang dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat
ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki
visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa.
DAFTAR PUSTAKA.
Ø KONSEP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA «
Sutamto's Blog.htm
Ø Strategi Kepemimpinan for BAB II
Tesis Anas.htm
Ø PSIKOLOGI Online Kepemimpinan
Indonesia.htm
Ø Rosyid dot info
KEPEMIMPINAN DALAM MASA PERUBAHAN. htm
Ø Kepemimpinan-Visioner.doc
Ø Leadership Menurut Ajaran Islam «
KUMPULAN MAKALAH & BANTUAN BAHAN MAKALAH PENDIDIKAN.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar