Menelusuri sejarah indonesia dalam ranah politik, akan ditemui peristiwa yang sangat kokoh untuk dijadikan fondasi bernegara. Namun justru peristiwa-peristiwa tersebut telah dijadikan tabu yang slanjutnya menjadi penyakit menular akut. Meski beragam perubahan menuju perbaikan terus digalakkan, namun tetap masih belum bisa menemukan obat penawar bagi racun ini.
Sudah seharusya kedewasaan neagara demokrasi ini mengajukan gugatan atas doktrin usang yang memperlemah fungsi demokrasi itu sendiri. Penyelewengan yang terkunci rapat, telah membungkam masa depan bangsa ini. Belum lagi pemutar balikan fakta yang tak tersentuh karena penjagaan berlapis guna mengabadikan kebusukannya. Haruskah kita membiarkan dosa-dosa ini lestari?
Dimulai dari masa kolonialisme. Telah dibukukan dalam sejarah, bahwa kolonialisme adalah penderitaan, kesukaran, kelicikan kejahatan serta gambaran-gambran buruk yang selalu melekat padanya. Dan kalaupun ada sedikit tulisan positif, itupun hanya demi memunculkan gambaran epik para pahlawan nasional, dan hal ini sangat berkaitan dengan warna apologi bagi penderitaan rakyat yang lemah. Sungguh tek berfaedah.
Namun gambaran seperti inilah yang terus-menerus dipaparkan pada generasi-generasi yang diharapkan mampu merubah masa depan bangsa. Jelas hal ini sangat kontraproduktif. Karena sangat tidak efektif memberikan motivasi dengan menggambarkan penderitaan sebagai latar belakang, bagi bagi generasi yang menyentuhpun tidak, atas peristiwa-peristiwa itu.
Cobalah mulai memandang segi-segi yang memberikan nilai positif atas segala pencapaian kolonialis, guna menawarkan paradigma hikmah dibalik sejarah pahit itu. Kolonial yang berhasil dalam skala internasional, telah mengenalkan komoditi alam kita kekancah dunia dengan sistemnya. Ini memnberikan peluang bagi pribumi untuk keluar regional demi kemajuan negaranya. Kolonial-lah yang membukakan pintunya, walaupun karena kelemahan dan kemunafikan pribumi itu sendiri, tak mampu menemukan ruang yang seluas mereka butuhkan. Kolonial telah menunjukan pasar internasional juga mengenalkan komoditi yang dibutuhkan pasar itu. Mereka pula mempersilahkan transportasi guna menunjang kegiatan ekonomi tersebut. Jadi dengan kacamata ini, kita akan menemukan kekuatan suatu sistem yang mampu dijalankan dan diorganisir dengan baik, akan memberikan efektifitas serta produktifitas yang efisien.
Belum lagi jika kita rasakan, bahwa kolonial-lah yang telah menyatukan pulau-pulau nusantara ini menjadi NKRI. Walaupun pulau jawa yang ditetapkan sebagai pusat, kolonial telah menyambung silaturahmi bangsa ini dengan melepaskan identitas kesukuannya yang sempit menjadi ikat nasional.. pemusatan yang akhirnya tidak efektif ini, pada awalnya diharapkan mampu mempermudah pengorganisasian antar pulau guna menunjang kegiatan-kegiatan ekonomi.
Selanjutnya adalah peristiwa yang sangat bersifat politik, dan peristiwa ini juga telah menjadi tabu, yakni PKI. Dari awal berdirinya organisasi ideologi politik ini, sudah memberikan warna tersendiri dalam paradigma perjuangan pembaharuan. Memang pada awalnya, komunis merupakan gerakan ideologi revolusi dalam bidang ekonomi. Namun dalam perjalannya, ranah polititik dijadikan ruang pergerakan yang sangat strategis demi mencapai tujuannya. Dan meman organisasi internasional ini telah menjadikan metode politis sebagai forum resminya.
Yang akan kita kaji disini ialah pelarangan pergerakan partai ini. Dengan sengaja dan terus-menerus, dipertegas dan diperjelas, adalah dari sisi mengapa organisasi ini harus dilarang. Sebab-sebab dan alasan-alasan pelarangan itu dijabarkan layaknya dogma. Namun tidak pernah dipaparkan apa tujuan dari pelarangan itu. Dengan segala daya upaya, bahkan mengerahkan kekuatan militer untuk menghalangi serta melemahkan pergerakan organisasi ideologis ini. Sangat jelas bahwa hal ini adalah racun dalam tubuh demokrasi yang baru saja beranjak tumbuh.
Adalah sebuah hak dalam berdemokrasi untuk menunjukan bahkan memnyebar-luaskan suatu pandangan politik kepada masyarakat. Demokrasi sangat menunjung keberagaman yang harmonis. Namun kenapa PKI dikecualikan. Haruskah suatu ideologi dimusnahkan hanya karena dianggap “akan” menimbulkan ketidak stabilan negara. Belum lagi begitu suburnya doktrin yang di sebarkan untuk menyudutkan partai ini. Seperti halnya dikatakan bahwa partai ini adalah atheis karena dipercaya bahwa dalam pandangan partai ini tidak menjabarkan sedikitpun teori keagamaan, atau dikatakan bahwa partai ini bertujuan untuk menghapuskan nilai-nilai agama demi tercapainya cita-cita Total Equality, atau partai ini mengharuskan seluruh kadernya untuk melepaskan segala doktrin agama demi menjunjung loyalitas pada partai ini. Sungguh yang membenarkan pandangan itu adalah kaum dengan wawasan sempit. Karena bila kita kaji, pengusung awal ideologi ini di indonesia, Semaun, adalah kader SI yang jelas menganut kearifan Islam. Belum lagi tentang konsep Total Equality yang sudah diusung panji-panji Islam walaupun dalam ranah praktis masih belum juga bisa diwujudkan oleh muslim di negeri ini.
Juga dikatakan bahwa PKI telah mengerahkan kekuatan militer ilegal yang selalu mencoba melakukan makar. Sebelum menuduh, lihatlah dulu kekuatan militer yang digunakan kader-kader PKI diawal berdirinya (1920-an). Kader-kader PKI adalah rakyat yang menginginkan penjajahan yang sudah karatan pergi dari negeri ini. Sebelumnya organisasi-organisasi dan partai-partai politik yang berdiri dinegeri ini hanya menggunakan tenaga politis guna mencapai tujuannya, yang selama itu juga belum bisa membarikan hasil yang menguntungkan rakyat kebanyakan, malainkan keuntungan itu hanya bisa dirasakan oleh segelintir kader internal partai-partai itu saja.
PKI merintis pergerakan perjuangan kemerdekaan baru yang jujur dan menguntungka rakyat. Kader-kader partai ini pada awalnya melakukan pemogokan-pemogokan kolektif, namun karena tindakan refresif dari penjajah, akhirnya kader-kader ini melawan dengan kekuatan yang bisa mengimbangi kekuatan lawan, yakni perlawanan bersenjata. Rakyat yang merasakan dan sadar bahwa cita-cita partai ini adalah cita-cita mereka sebagai rakyat terjajah, akhirnya secara sukarela membantu pergerakan partai ini. Walaupun hasilnya belum juga membawa banyak kauntungan, namun paling tidak tujuan dari kekuatan militer yang digunakan partai ini sangat menjunjung cita-cita rakyat.
Ada pula pernyataan bahwa partai ini tidak menghormati HAM
Om Ringgit_25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar